Rabu, 11 April 2012

Sejarah Astronomi Islam



Kajian ilmu astronomi dalam Islam biasa dikenal dengan istilah Ilmu Falak. Namun ada pergolakan dalam membedakan antara ilmu perbintangan dan ilmu astronomi. D.G. Fories dan A.G. Dickstehour mengatakan dalam bukkunya “Sejarah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi” bahwa munculnya ilmu astronomi baru telah melenyapkan ilmu perbintangan. Namun ilmu perbintangan telah banyak membantu kemajuan ilmu stronomi pada abad-abad pertengahan, membantu terbukanya observasi-observasi astronomis, memperbaiki alat-alat yang dipergunakan oleh para astronomis, dari sinilah berangkat ilmu astronomi mendapat kedudukan dalam sejarah ilmu pengetahuan.
            Sedangkan Ali Muhammad Ridlo mengatakan dalam bukunya “Asrul Islam Ad Dzhahabi” : Ilmu astronomi bukan ilmu perbintangan. Falak adalah ilmu, akan tetapi perbintangan bukan ilmu. Ilmu astronomi membahas tentangkeluarga tata surya, diantaranya bumi yang kita tempati sekarang ini. Dan juga membahas tentang garis edar planet-planet, jarak antara masing-masing planet, kemiringan perjalanannya, dan jauhnya dari matahari. Kesemuanya ini merupakan pembahasan-pembahasan ilmiah yang didasarkan pada peneropongan, observatorium serta alat-alat astronomis lainnya. Hal ini berbeda dengan perbintangan yang dihubung-hubungkan manusia dengan masalah kebahagiaan atau kemalangan.di dalam perbintangan, orang berusaha mengetahui hal-hal ghaib.
            Di dalam buku Al Islam Fi Hadlratihi wa Nidlohimi, Anwar Ar rifa’i menyatakan bahwa pada tahun 155 H/737 M orang Arab mulai menerjemahkan sebuah buku karya Hermes yaitu “Miftah an Nujum”. Pada masa daulah Abbasyiyah, yakni abad III Hijriyah, ilmu falak mulai mengalami kemajuan yang berarti. Kegiatan penerjemahan karya-karya ke dalam bahasa Arab mulai di giatkan. Diantara karya-karya itu adalah Kitab Siddhantha Barahmagupta dari seorang pengembara India yang diserahkan pada pemerintah Al Manshur dan diterjemakan oleh Muhammad Al Fazari. Siddhantha Aryabhrata diterjemahkan oleh Ya’qub ibnu Thariq. Sedangkan Almagest karya ptolomeus diterjemahkan oleh Hunain bin Ishaq.
            Selain itu, masih ada beberapa karya yang diterjemahkan, yaitu The Sphere in Movement karya Antolycus, Ascentions of The Signs karya Aratus, dan Introduction to Asrronomiy karya Hipparchus. Karya-karya ini tidak hanya sekedar ditejemahkan, aka tetapi kemudian ditindaklanjkuti dengan penelitian-penelitian baru yang berkelanjutan sehingga menghasilkan teori-teori baru.
            Dari sini kemudian muncul tokoh falak di kalangan umat Islam yang sangat berpengaruh, yaitu Abu Ja’faar bin Musa al-Khawarizmi (780 847 M), melalui beberapa penemuan, yaitu penemuan angka nol (0), sehingga terciptalah sistem pecahan desimal sebagai kunci terpenting dalam pengembangan ilmu hisab, penyusunan pertama tabel trigonometri daftar logaritma yang masih berkembang hingga sekarang, serta penemuan kemiringan zodiac sebesar 23,5 derajat atas ekuator. Adapun kitab-kitab karya al – Khawarizmi antara lain, al-Mukhtashar fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah yang sangat berpengaruh terhadap pemikiran para cendekiawan Eropa, hingga diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Chester pada tahun 1140 M, dan Surah al-Ardl.
            Pada masa kholifah Al Makmun juga menghasilkan data-data yang berpedoman pada buku Shindhind yang disebut “Tables of Makmun” dan oleh orang Eropa mengenalnya dengan sebutan “Astronomos”. Pada perkembangan selanjutnya, muncul banyak tokoh falak yang diantaranya :
  1. Abu Ma’syar Al Falaky (788 – 885 M), adalah seorang ahli falak dari Khurasan. Dia menemukan adanya pasang naik dan pasang surut air laut sebagai akibat posisi bulan terhadap bumi. Karyanya antara lain, al-Madkhal al-Kabir, Ahkam wal-Sinni wal-Kawakib, Itsbat al-Ulum, dan Haiat al-Falak.
  2. Ibnu Jabir al-Baattany (858 – 929 M), dikenal dengan sebutan AlBatenius. Karyanya yaitu memperbaiki perhitungan yang ada di dalam buku karya Ptolomeus dalam judul baarunya Tabril al-Magesty, disamping karyanya sendiri yang berjudul Tamhid al-Musthafa li Ma’na al-Mamar.
  3. Abul Raihan Al Biruni (973 – 1048 M), cendekiawan asal paris. Mendapat gelar Ustad fi al-Ulum (maha guru) karena selain ahli perbintangan, dia juga menguasai berbagai disiplin ilmu seperti Matematika, geografi, dan fisika. Karyanya antara lain, Al-Atsar Baqiyyat min al-Qurun al-Khaliyat, dan kitab fenomenalnya yang berjudul Al-Qonun al-Mas’udi fi al-Haiat wa al-Nujumi. Menurut Prof. Ahmad Baiquni, al-Birunilah yang pertama kali membantah teori Ptolomeus, juga dipandang sebagai teori heliosentris.
  4. Abu Abbas Ahmad bin Muhammad bin Katsir al-Farghani, ahli falak terkemuka pada masa kholifah Al Makmun. Di Barat ia lebih dikenal denmgan Al Farganus. Karyanya antara lain, Jawami’ al-Ilm al-Nujum wa al-Harakat al-Samawiyyat, Ushul ilm al-Nujum, Al-Madhkhal ila ilm al-Haiat al-Falak, Futsuluts al-Tsalasain. Semuanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Hispalamsis dari Seville dan Gerard dari Cremona pada tahun 1493.
  5. Maslamah Abul Qosim al—Majriti (950 – 1007 M), dia berhasil merubah tahun Persi ke tahun Hijriyah dengan meletakkan bintang-bintang sesuai dengan awal tahun Hijriyah.
  6. Ali bin Yunus (w. 1009 M), meghasilkan sebuah karya yang berjudul Zaij al-Kabir al-Hakimi, yang berisi tentang data astronomi matahari, bulan, dan komet, serta perubahan titik equenox.
  7. Abu Ali al-Hasan bin al-Haytam (965 – 1039 M), karyanya berjudul Kitab al-Manadhir yang kemudian ditrjemahkan ke bahasa Latin dengan nama “Optics” pada tahun 1572
  8. Abu Ja’far Muhammad bin Muhammad bin al-hasan Nashiruddin at-Thusi 1201 – 1274 M), karyanya antara lain, Al-Mutawaaith bain al-Handasah wa al-Haiah, At – Tadzkir fi ilm al-Haiat, Zubdah al hatiah.
  9. Muhammad Thurgay Ulughbeck (1394 – 1449 M), dia berhasil membangun observatorium, dan karya monumentalnya berupa Jadwal Ulugh Beik (zij Shulthoni). Kemudian muncul Nicholas Copernicus dengan Heliosentrisnya.

Melihat dari masa atau waktu lahirnya para ahli falak maupun astronomi, para ilmuwan muslim lebih dulu masanya daripada para astronomis Eropa. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendapat dan teori yang berkembang di Eropa sangat dipengaruhi oleh adanya pendapat yang telah dikemukakan dan penemuan-penemuan yang telah ditemukan oleh para cendekiawan muslim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar